RINTHOGEO.COM
Senin, 26 September 2011
Minggu, 26 Juni 2011
LAPORAN
LAPORAN KARTOGRAFI
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pelaksanaan praktek lapang berdasarkan pada kurikulum Jurusan Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar yang dialokasikan waktunya pada semester genap (semester II). Pelaksanaan praktek lapang ini wajib diikuti oleh semua mahasiswa yang memprogram mata kuliah Kartografi Dasar. Praktek ini disinergikan antara teori yang diterima mahasiswa dalam ruangan kelas dengan kondisi nyata di lapangan. Baik konsep Kartografi Dasr dalam kaitannya dengan ilmu geografi.
B. Tujuan Praktikum
- Tujuan Umum
a. Melatih mahasiswa memahami cara-cara mengukur lapang dengan menggunakan alat non optik ( kompas dan roll meter ).
b. Melatih mahasiswa memahami cara-cara mengukur lapang dengan menggunakan alat optik (thedolit dan menggambar peta hasil pengukuran).
- Tujuan Khusus
a. Terampil menggunakan kompas, roll meter, thedolit untuk mengukur di lapang.
b. Terampil menggambar peta berdasarkan hasil ukur di lapang dengan menggunakan kompas, thedolit, dan roll meter.
c. Terampil melakukan ploting di lapangan untuk menggambar peta
d. Terampil mengaplikasikan metode pengukuran lapang dalam menyusun perencanaan pemetaan.
e. Terampil menggunakan alat ukur lapang guna mengambil data untuk pembuatan peta.
f. Dapat mengolah data hasil pengukuran.
g. Terampil menggambar peta dasar dari hasil pengukuran theodolit, kompas dan roll meter.
C. Sasaran
a. Mahasiswa yang memprogram mata kuliah Kartografi sebanyak 38 orang.
b. Pembimbing yang terdiri atas :
1 Dosen pembimbing/penanggungjawab
2 Asisten
D. Lokasi
Praktek lapang ini dilaksanakan di Desa Lengkese, Dusun Manimbahoi, Malino, Kabupaten Gowa.
E. Waktu Pelaksanaan
Praktikum lapang ini direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 22 – 24 April 2011 (3 hari kerja lapang)
F. Jadwal Kegiatan
Hari/Tanggal | Jam | Kegiatan |
Jumat, 22 April 2011 | Pukul 15.00 – 18.00 | Perjalanan dari kampus menuju lokasi tempat praktek lapang. |
| Pukul 18.00 – 20.00 | Mandi, shalat maghrib, dan makan malam |
| Pukul 20.00 – 22. 00 | Mempersiapkan peralatan yang akan dipakai besok. |
| Pukul 22.00 – 05.00 | Istirahat ( tidur ) |
Sabtu, 23 April 2011 | Pukul 05.00 – 07.00 | Mandi, shalat subuh |
| Pukul 07.00 – 08.00 | Makan Pagi |
| Pukul 08.00 – 17.00 | Praktek menggunakan alat dan mengukur jarak |
Pukul 17.00 – 18.30 | Mandi, shalat maghrib | |
Pukul 18.30 – 21.00 | Istirahat | |
Pukul 21.00 – 03.00 | Pengolahan data dan menggambar peta | |
Pukul 03.00 – 07.00 | Istirahat ( tidur ) | |
| ||
Minggu, 24 April 2011 | Pukul 07.00 – 08.00 | Makan pagi |
Pukul 08.00 – 12.00 | Jalan-jalan ke tempat bekas longsoran dan air terjun | |
| ||
Pukul 12.00 – 13.00 | Makan siang | |
Pukul 13.00 – 16.00 | Perjalanan untuk kembali ke kampus. |
G. Sistematika Penulisan
Pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data, ini dilakukan agar memperoleh data-data yang akurat dalam pengukuran. Dalam kegiatan ini berbagai hal di antaranya adalah melakukan pengukuran yang kemudian data-datanya tersebut dicatat dan dimasukkan ke dalam tabel yang telah disediakan sebelumnya. Proses pencatatan ini ikut serta dengan pengukuran, baik dalam pengukuran dengan teropong atau theodolit maupun kompas dan roll meter.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Theodolit
Theodolit mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
· Teropongnya pendek, mempunyai benang silang yang dicoretkan pada kaca dilengkapi dengan alat bidikan senapan atau komentar untuk pengarahan kasar.
· Lingkaran-lingkaran horizontal dan vertikal dibuat dari kaca dengan garis-garis pembagian skala dan angka digoreskan di permukaannya.
· Sistem-sistem pembacaan lingkaran pada dasarnya terdiri atas sebuah mikroskop dengan optika di dalam instrumen.
· Lingkaran vertikal diberi petunjuk seksama terhadap gaya tarik bumi.
· Putaran dalam sumbu I terjadi dalam baja atau pada pola bantalan poros.
· Bidang sekrup penyetel terdiri atas tiga sekrup atau roda sisir.
· Dasar atau kerangka bawah theodolit sering dirancang agar instrumen dapat saling tukar dengan alat tambahannya.
· Pemusat optis terpasang ke dalam dasar atau alidade kebanyakan theodolit, menggantikan bandul anting dan menyebabkan pemusatan dapat dilakukan dengan ketelitian tinggi.
· Kotak pembawa, untuk membawa theodolit yang terbuat dari baja logam campuran atau plastik berat. Kotak pembawa biasanya ringkas, kedap air dan dapat dikunci.
· Alar-alat ukur jarak dapat bersifat bagian permanen dan terpadu dari theodolit
· Kaki tiga, merupakan kerangka lebar yang berfungsi ganda untuk membetulkan dan mendatarkan letak theodolit
1.Theodolit Digital
Theodolit terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian bawah, bagian tengah, dan bagian atas. Bagian bawah terdiri dari skrup penyetel yang menyangga suatu tabung dan plat yang berbentuk lingkaran. Bagian tengah terdiri dari suatu rambu yang dimasukkan ke dalam tabung, dimana pada bagian bawah sumbu ini adalah sumbu tegak atau sumbu pertama (S1). Di atas S1 diletakkan lagi plat yang berbentuk lingkaran yang berjari-jari lebih kecil daripada jari-jari plat bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca yang disebut nonius (N0). Suatu nivo diletakkan pada atas plat nonius untuk membuat sumbu tegak lurus. Bagian atas terdiri dari sumbu mendatar atau sumbu kedua (S2), pada S2 diletakkan plat berbentuk lingkaran dan dilengkapi skala untuk pembacaan skala lingkaran. Pada lingkaran tegak ini di tempatkan kedua nonius pada penyangga S2.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ada dua perbedaan antara lingkaran mendatar dengan lingkaran vertikal. Untuk skala mendatar titik harus ikut berputar bila teropong diputar pada S1 dan lingkaran berguna untuk membaca skala sudut mendatar. Sedangkan lingkaran berskala vertikal baru akan berputar bila teropong diputar terhadap S2. Pembacaan ini digunakan untuk mengetahui sudut miring.
Cara penggunaan theodolit digital :
1. Cara seting optis
a. Alat diletakkan di atas patok, paku payung terlihat pada lensa teropong untuk centering optis.
b. Pengunci kaki statif dikendurkan, kaki statif ditancapkan ke tanah dan dikunci atau di kencangkan lagi.
c. Gelembung nivo diatur berada tepat pada tengah lingkaran.
d. Mengatur salah satu nivo tabung dengan mengatur sekrup pengatur nivo.
e. Mengatur nivo tabung yang lain.
f. Mengatur nivo teropong dengan sekrup pengatur nivo teropong.
2. Cara penggunaan alat
a. Memasukkan baterai ke dalam tempatnya kemudian melakukan centering optis ke atas.
b. Menghidupkan display dan atur sesuai keperluan.
c. Untuk membaca sudut mendatar, arahkan teropong pada titik yang dikehendaki kemudian membaca pada display.
d. Untuk membaca sudut vertikal, teropong diarahkan secara vertikal dan kemudian dibaca pada display.
Gambar 3.1. Theodolit Digital
Keterangan gambar theodolit digital ( DT 20 ES ) :
1. Nivo kotak, untuk menyeimbangkan kedudukan theodolit
2. Klem pengunci, untuk mengunci theodolit agar tidak bergerak
3. Penggerak halus, untuk menempatkan tanda (+) tepat pada tiang skala
4. Tempat battery, tempat meletakkan battery
5. Klem pengunci lingkaran horisontal, untuk mengunci lensa
6. Penggerak halus lingkaran horisontal, memperjelas tampilan pada tiang skala
7. Klem pengatur nivo tabung, untuk mengatur nivo tabung
8. Handle / pembawa, tempat melekatnya theodolit
9. Lensa okuler, sebagai tempat pengamatan
10. Klem pengatur fokus benang, untuk mengatur ketepatan tanda (+) pada tiang skala
11. Tombol ON / OFF, untuk mengaktifkan dan menonaktifkan theodolit
12. Nivo tabung, untuk mengatur keseimbangan theodolit
13. Display, untuk mengunci letak titik koordinat
14. Keyboard ( papan tombol ), sebagai tempat melekatnya tombol
Plat dasar, tempat dudukan theodolit
2. Theodolit 0 (T0)
Pada dasarnya alat theodolit konvensional sama dengan theodolit digital, hanya pada alat ini pembacaan sudut azimuth dan sudut zenith dilakukan secara manual. Theodolit 0 (T0) dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah. Bagian bawah terdiri atas sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung, di atasnya terdapat alat pembaca nonius. Di tepi lingkaran terdapat alat pembaca nonius. Bagian atas terdiri dari bagian mendatar. Di atasnya terdapat teropong dilengkapi dengan sekrup-sekrup pengatur fokus dan garis-garis bidik diagfragma.
Cara penggunaan theodolit 0 (T0) :
1. Alat dipasang di atas patok. Untuk mengetahui as pesawat tepat di atas patok atau belum, digunakan pendulum dan diusahakan ketelitiannya 3 mm. Jika alat belum tepat di atas patok, maka perlu digeser sehingga pendulum tepat berada di atas patok.
2. Sebelum digunakan alat diatur sedemikian rupa sehingga alat berada dalam posisi mendatar. Pengaturan dilakukan dengan bantuan sekrup pengatur instrumen dan nivo kotak. Setelah dilakukan pengaturan dengan tepat, alat dapat digunakan.
Gambar 3.2. Theodolit Konvensional ( T0 )
Keterangan gambar theodolit 0 (T0) :
1. Plat dinding pelindung lingkaran vertikal di dalamnya
2. Ring pengatur lensa tengah
3. Pengatur fokus benang silang
4. Alat baca lingkaran vertikal/horisontal
5. Lensa obyektif, lensa yang dekat dengan objek
6. Klem vertikal teropong, mengunci klem vertikal
7. Penggerak halus teropong, untuk menempatkan tanda (+) pada tiang skala
8. Klem alhidade horisontal, mengunci leher theodolit
9. Penggerak halus horisontal, memperjelas angka pada tiang skala
10. Nivo kotak alhidade horisontal, menyeimbangkan theodolit
11. Plat dasar instrumen, tempat dudukan theodolit
12. Nivo tabung alhidade horisontal, mengatur keseimbangan theodolit
3. Cara Menggunakan Theodolit
Sebelum mengadakan pengukuran, terlebih dahulu dilakukan peninjauan terhadap daerah yang akan dipetakan, karena dalam pengukuran ini yang diukur adalah panjang jalanan maka kita harus menentukan titik-titik atau tempat-tempat yang akan dipasangi patok dan penempatan patok tidak boleh asal-asalan saja.
Langkah pertama adalah penempatan patok pada tempat-tempat tertentu, misalnya pinggir jalan, sudut kelokan dan lain sebagainya. Penempatan patok ini dimaksudkan agar dalam penggambaran nantinya, hasil pengukuran sesuai benar dengan keadaan jalan, baik profil maupun penampangnya.
Sesuai dengan kesepakatan praktek lapang ini, maka alat ukur (theodolit) ditempatkan pada patok yang bernomor genap dan yang dibidik untuk ditentukan jaraknya adalah bernomor genap.
a. Pengukuran Jarak
1. Persiapan Alat Ukur
Kaki tiga dipasang sedemikian rupa sehingga tempat kedudukan theodolit rata. Theodolit dikeluarkan dari kotak pembawanya dan kemudian dipasang di atas kaki tiga tadi. Kemudian semua kunci setelan dibuka. Jangan lupa untung-untung bandul pemusat optis.
Setelah itu kemudian nivo kotak diatur dengan mengatur naik atau turunnya setelan nivo kotak. Penyetelan dilakukan hingga gelembung air yang dalam nivo kotak tepat berada di tengah garis bulat. Sesuai gambar berikut:
Apabila gelembung air telah dapat berada di atas atau di dalam bulatan, berarti kedudukan theodolit sudah stabil. Kedudukan ini harus di jaga agar jangan sampai rata kembali seperti keadaan semula.
Setelah itu maka diukurlah ketinggian theodolit dari permukaan tanah dengan bal mistar. Ketinggian harus dicatat agar tidak lupa. Cara pembacaan theodolit adalah yang dilihat pada lensa adalah batas bawah (BB) dan batas atas (BA).
Dengan mengetahui batas bawah dan batas atas berarti jarak ukur dapat pula diketahui dengan jalan pengukuran antara batas bawah dengan batas-batas (BB-BA).
Sebelum membidik bak mistar melalui teropong, maka terlebih dahulu semua alat yang melengkapi theodolit difungsikan. Setelah itu teropong dibidikkan ke mistar (bak) dengan menggunakan bidikan kasar, yaitu pada bagian atas teropong diseluruskan dengan besi di ujung teropong ke arah bak mistar.
Apabila mistar kurang jelas maka sekrup koreksi diafragma distel sampai nampak lebih jelas. Kemudian garis tegak dalam lensa disejajarkan dengan bak mistar yang dibidik. Karena dalam teropong terdapat tiga buah garis vertikal, maka garis atas menunjukkan batas bawah dan garis bawah adalah batas atas.
2. Pengukuran Jarak
Dalam mengukur jarak, diadakan kesepakatan bahwa yang menjadi nomor genap adalah penempatan teropong theodolit dan yang bernomor ganjil adalah bak mistar yang dibidik. Dalam melaksanakan bidikan teropong dibebaskan bergerak, kemudian dibidikkan dengan bidikan kasar kemudian dilihat pada lensa apakah bak mistar sudah tampak, maka teropong segera dikunci agar tidak goyang.
Apabila tinggi theodolit sudah disesuaikan dengan tinggi mistar yang dibidik, maksudnya apabila tinggi theodolit adalah 135 cm maka yang dibidik pada bak mistar adalah 135 juga. Apabila garis tengah dalam theodolit sudah cocok dengan tinggi bak mistar maka pada theodolit garis atas menunjukkan batas bawah dan garis yang di bawah menunjukkan batas atas.
Untuk menghitung jarak ukur, maka angka yang terdapat pada garis datar bawah dikurangi dengan angka pada garis datar atas.
Misalnya: tinggi theodolit adalah 135 cm. Angka bagian atas adalah 95 dan angka pada garis datar bagian bawah adalah 135 maka jarak ukurnya adalah 50 meter.
b. Pengukuran Azimut
Setelah jarak ukur telah terbaca, maka secara otomatis dengan mudah azimut dapat pula secara langsung terbaca. Azimut itu dibaca pada teropong kecil yang di dalamnya menunjukkan angka-angka secara mendatar pada theodolit. Angka yang tepat berimpit dengan garis mendatar pada kotak adalah merupakan azimut yang dicari.
Gambar penentuan azimuth
B. Kompas
1. Kompas geologi
Gambar: Kompas tipe Brunton
Kompas, klinometer, dan “hand level” merupakan alat-alat yang dipakai dalam berbagai kegiatan survei, dan dapat digunakan untuk mengukur kedudukan unsur-unsur struktur geologi. Kompas geologi merupakan kombinasi dari ketiga fungsi alat tersebut.
Bagian-bagian utama kompas geologi tipe Brunton diperlihatkan dalam (Gambar -1). Yang terpenting diantaranya adalah :
· Jarum magnet
Ujung jarum bagian utara selalu mengarah ke kutub utara magnet bumi (bukan kutub utara geografi). Oleh karena itu terjadi penyimpangan dari posisi utara geografi yang kita kenal sebagai deklinasi. Besarnya deklinasi berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Agar kompas dapat menunjuk posisi geografi yang benar maka “graduated circle” harus diputar.
Penting sekali untuk memperhatikan dan kemudian mengingat tanda yang digunakan untuk mengenal ujung utara jarum kompas itu. Biasanya diberi warna (merah, biru atau putih).
· Lingkaran pembagian derajat (graduated circle)
Dikenal 2 macam jenis pembagian derajat pada kompas geologi, yaitu kompas Azimuth dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah utara (N) sampai 360o, tertulis berlawanan dengan arah perputaran jarum jam dan kompas kwadran dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah utara (N) dengan selatan (S), sampai 90o pada arah timur (E) dan barat (W). (Gambar II.2)
· Klinometer
Yaitu bagian kompas untuk mengukur besarnya kecondongan atau kemiringan suatu bidang atau lereng. Letaknya di bagian dasar kompas dan dilengkapi dengan gelembung pengatur horizontal dan pembagian skala (Gb. II.3A). Pembagian skala tersebut dinyatakan dalam derajat dan persen.
2.. Kompas Bidik
Gambar-3.4 : Kompas Bidik
Kompas adalah alat bantu untuk menentukan arah mata angin. Bagian-bagian kompas yang penting antara lain :
1. Dial, yaitu permukaan di mana tertera angka dan huruf seperti pada permukaan jam.
2. Visir, yaitu pembidik sasaran
3. Kaca Pembesar, untuk pembacaan pada angka
4. Jarum penunjuk, untuk menunjuk arah
5. Tutup dial dengan dua garis bersudut 45
6. Alat penggantung, dapat juga digunakan sebagai penyangkut ibu jari untuk menopang kompas pada saat membidik.
Angka-angka yang ada di kompas dan istilahnya
North = Utara = 0
North East = Timur Laut = 45
East = Timur = 90
South East = Tenggara = 135
South = Selatan = 180
South West = Barat Daya = 225
West = Barat = 270
North West = Barat Laut = 325
C. Rol Meter
Penggunaan rol meter maksudnya sama dengan penggunaan theodolit, yakni untuk menentukan arahnya digunakan kompas dan jaraknya digunakan tol meter.
Gambar: Roll Meter
Alat ini digunakan untuk mengukur jarak antar titik dan juga untuk mengukur tinggi alat. Roll Meter yang dipergunakan ini mempunyai panjang 50 m.
Ø Menggunakan Rol
Penggunaan kompas bersama dengan rol meter, maksudnya adalah sama dengan penggunaan theodolit. Rol meter digunakan untuk mengukur jarak dan kompas digunakan untuk menentukan arah.
Yang dilakukan dalam pengukuran yang menggunakan kompas dan rol meter adalah:
a. Menentukan arah bidikan sebagai patokan yang arahnya lurus dan ditentukan arahnya. Misalnya yang dibidik adalah pohon, rumah, patok dan sebagainya yang bersifat permanen atau tetap agar apabila terdapat kekeliruan atau kesalahan dengan mudah dapat diulangi.
b. Menentukan jaraknya dengan rol meter. Arah yang telah dibidik tadi dan diketahui arahnya melalui kompas diukur dengan rol meter.
Hasil penentuan arah dan jarak ini dicatat ke dalam kolom yang telah dibuat terlebih dahulu agar dalam pembuatan peta nantinya mudah dipahami.
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
A. Gambaran Umum Lokasi Praktek
Dusun lengkese merupakan suatu dusun yang terletak di Kabupaten gowa. Desa ini memiliki ketinggian sekitar 1400 km di atas permukaan laut, sehingga suhu di daerah ini sangat rendah.
Desa ini jauh dari kota gowa dan berada di lereng gunung bawakaraeng . Jumlah penduduk daerah ini sangat sedikit, dan mata pencaharian utama penduduk Dusun Lengkese yaitu pada umumnya bergerak di bidang pertanian dan perkebunan seperti kopi, cengkeh, dan lainnya. Jadi, sebagian besar penduduknya merupakan petani. Walaupun daerah ini sangat terpencil namun fasilitas yang ada di Dusun ini sangat memadai yang terdiri dari listrik, mesjid dan posko pengamatan gunung bawakaraeng. Sedangkan untuk sarana pendidikan ,kesehatan dan lain lain tidak terdapat di daerah ini.
B. Hasil
1. Tabel Hasil Pengukuran
a.Tabel Talat Tradisional
1.Hasil theodolit Tradisional untuk arah jalan
Titik | Arah(HA) | Kemiringan | Jarak lapangan(m) | Jarak di peta(cm) | Ket | ||
Dari | Ke | Azimuth | Back A | ||||
K1 | K2 | 45º | 225º | 11º20% | 30 | 1,2 | |
K2 | K3 | 45º | 225º | 10º19% | 30 | 1,2 | |
K3 | K4 | 42º | 222º | 10º18% | 15 | 0,6 | |
K4 | K5 | 80º | 260º | 11º20% | 17 | 0,68 | |
K5 | K6 | 110º | 290º | 19º16% | 23 | 0,92 | |
K6 | K7 | 125º | 305º | 10º18% | 42 | 1,68 | |
K7 | K8 | 135º | 135º | 4º6% | 18 | 0,27 | |
K8 | K9 | 100º | 280º | 1º2% | 20 | 0,8 | |
K9 | K10 | 125º | 305º | 2º5% | 26 | 1,04 | |
K10 | K11 | 90º | 270º | 4º6% | 20 | 0,8 | |
K11 | K12 | 80º | 260º | -1º2% | 20 | 0,8 | |
K12 | K13 | 115º | 295º | -1º2% | 21 | 0,84 | |
K13 | K14 | 110º | 290º | -4º2% | 20 | 0,8 | |
K14 | K15 | 100º | 280º | 6º0% | 35 | 1,4 | |
K15 | K16 | 90º | 270º | 0º0% | 12 | 0,48 | |
K16 | K17 | 110º | 290º | -2º4% | 15 | 0,6 | |
K117 | K18 | 135º | 315º | -2º4% | 32 | 1.28 | |
K18 | K19 | 125º | 305º | -3º6% | 32 | 1.28 | |
K19 | K20 | 140º | 320º | 2º4% | 36 | 1,44 | |
K20 | K21 | 170º | 350º | -1º2% | 27 | 1.08 | |
K21 | K22 | 135º | 315º | -1º2% | 32 | 1,28 | |
K22 | K23 | 136º | 316º | 3º6% | 30 | 1,2 | |
K23 | K24 | 175º | 355º | -1º2% | 24 | 0,96 | |
K24 | K25 | 90º | 270º | -5º10% | 20 | 0,8 | |
K25 | K26 | 70º | 250º | -3º6% | 34 | 1,86 | |
K26 | K27 | 110º | 290º | 8º14% | 21 | 0,84 | |
K27 | K28 | 100º | 280º | 5º8% | 31 | 1,24 | |
K28 | K29 | 55º | 235º | 7º12% | 30 | 1,2 | |
K29 | K30 | 80º | 260º | 5º8% | 29 | 1,16 | |
K30 | K31 | 90º | 270º | 2º6% | 42 | 1,68 | |
K31 | K32 | 105º | 285º | -1º12% | 28 | 1,12 | |
K32 | K33 | 80º | 260º | -1º2% | 24 | 1,15 | |
K33 | K34 | 100º | 200º | -1º2% | 28 | 1.12 | |
K34 | K35 | 120º | 300º | 1º2% | 29 | 1,16 | |
K35 | K36 | 100º | 280º | -2º4% | 24 | 0,96 | |
K36 | K37 | 180º | 260º | -2º2% | 41 | 1,64 | |
K37 | K38 | 130º | 310º | 0º0% | 16 | 1,04 | |
K38 | K39 | 100º | 280º | 4º6% | 27 | 1,08 | |
K39 | K40 | 145º | 325º | 6º10% | 27 | 1,08 | |
K40 | K41 | 185º | 5º | 7º12% | 23 | 0,92 | |
K41 | K42 | 110º | 390º | 9º16% | 23 | 0,92 | |
K42 | K43 | 45º | 225º | -2º4% | 15 | 0,6 | |
K43 | K44 | 50º | 230º | -4º4% | 20 | 0,8 | |
K44 | K45 | 60º | 240º | -6º6% | 27 | 1,08 | |
K45 | K46 | 20º | 200º | 0º0% | 21 | 0,84 | |
K46 | K47 | 345º | 165º | 0º0% | 34 | 1,36 | |
K47 | K48 | 345º | 165º | 2º6% | 48 | 1,92 | |
K48 | K49 | 40º | 320º | 7º8% | 27 | 1,08 | |
K49 | K50 | 65º | 245º | 5º8% | 17 | 0,68 | |
K50 | K51 | 150º | 350º | 9º16% | 31 | 1,24 | |
K51 | K52 | 120º | 320º | 11º20% | 19 | 0,76 | |
K52 | K53 | 78º | 298º | 5º8% | 37 | 1,48 | |
K53 | K54 | 60º | 240º | 11º18% | 22 | 0,88 | |
K54 | K55 | 90º | 270º | 14º8% | 50 | 2 | |
K55 | K56 | 90º | 270º | 7º12% | 38 | 1,52 | |
K56 | K57 | 120º | 300º | 12º20% | 37 | 1,48 | |
K57 | K58 | 138º | 318º | 11º20% | 37 | 1,48 | |
K58 | K59 | 98º | 278º | 5º8% | 25 | 1 | |
K59 | K60 | 128º | 308º | 3º6% | 25 | 1 | |
K60 | K61 | 128º | 308º | 6º10% | 31 | 1,24 | |
K61 | K62 | 179º | 359º | 8º14% | 39 | 1,56 | |
K62 | K63 | 164º | 344º | 9º14% | 22 | 0,88 | |
K63 | K64 | 194º | 14º | 2º5% | 16 | 0,64 | |
K64 | K65 | 180º | 180º | 2º4% | 20 | 0,8 | |
K65 | K66 | 158º | 338º | -8º16% | 17 | 0,68 | |
Langganan:
Postingan (Atom)