“CINTA”
Para pecinta kebenaran dan pemeluk Islam hanya dapat kukuh pada musibah yang akan pasti datang kepada mereka semata-mata dengan tetap terjaganya kecintaan (mahabbah) mereka terhadap Ahlil Bait AS. Semua itu dapat dihidupkan dan dirasakannya langsung pada musim duka, seperti yaum asy-syura. Ketika cinta kepada Ahlil Bait AS merupakan timbangan (mizan) atau alamat untuk menentukan iman seseorang, dikumandangkan syiar; kullu yaumin asyura wa kullu ardhin karbala. Itu karena asyura dan karbala merupakan sarana untuk menghidupkan cinta yang sangat kuat kepada Ahlil Bait AS. Makna mahabbah terhadap Ahlil Bait AS bagi setiap orang adalah tsawab. Banyak hadist dari lisan suci para aimmah maksumi AS menceritakan misalnya : “Siapa mencintai ahlil Bait AS tidak akan mati kecuali malaikat menyambutnya.” Atau, “Tidak akan mati siapa yang cinta kepada ahlil bait as kecuali telah diampuni dari dosa yang dilakukannya.” Tsaurah Imam Husein, dalam pembahasan-pembahasan yang diungkap oleh para ulama-ulama kita, salah salah satunya adalah untuk mewujudkan amar ma’ruf nahi mungkar. Selain itu, ada suatu keberadaan yang merupakan zat dari Tsaurah Imam Husein AS, yakni mahabbah. Yakni wujudnya kecintaan pada pribadi suci Al-Husein AS, cinta kepada aturan syariat yang diturunkan melalui kakeknya, Rasullulah Saww.Makna Cinta
Pada dasarnya, cinta bukan zat pada diri manusia, karena manusia tidak wujud atau membawa perasaan cinta. Cinta adalah sesuatu yang mengalami penyempurnaan (istikmal), cinta merupakan kualitas pada jiwa manusia. Besarnya kualitas jiwa seseorang ditentukan oleh besar kecilnya rasa cinta pada dirinya. Semakin kuat pengaruh cinta pada diri seseorang akan mengangkat kualitas jiwanya. Cinta adalah suatu pemberian, bukan diupayakan. Manusia tidak pernah dan tidak akan dapat berusaha menanamkan cinta pada dirinya. Cinta adalah sesuatu yang diturunkan Allah SWT dan ditempatkan pada manusia. Maka, cinta atau tidak cintanya seseorang merupakan permasalahan ijbar bukan ikhtiyar. Ketika Alah SWT membicarakan masalah mawaddah, Ia tidak menyampaikannya dalam konteks syariat, melainkan dalam konteks takwini. “…waja’ala bainakum mawaddatan wa rahmah..” Allah “menjadikan”, (amrun ja’al), adanya mawaddah dan rahmah kepada kalian. Sebagaimana manusia mempunyai ilmu, bahwa terbukanya hijab dan tersingkirnya kebodohan, dari tidak tau menjadi tahu, tak pernah diusahakan oleh manusia. Meskipun manusia mempunyai peluang dalam melakukan mukadimmah untuk menjadi tahu. Namun ketentuan menjadi tahu tidak berada dalam diri manusia, karena ilmu sebagai ilmu ada pada kuasa Allah SWT. Imam Ja’far Ash-shadiq AS, misalnya, mengatakan bahwa ilmu yang sebenarnya dan ada yang menyerupai ilmu (syabihul ‘ilm). Syabihul ‘ilm tidak menjadikan apapun. Seseorang merasa mempunyai ilmu, tetapi ilmu tersebut tidak merubah apapun dalam dirinya. Dalam doa ta’kib shalat ashar, kita meminta perlindungan Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat. Bila hendak disifatkan tentang doa ini, maka ketika berbicara tentang ilmu saja, apapun bentuk ilmu tersebut adalah bermanfaat. Kemudian kita meminta perlindungan Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat. Karena, ilmu itu bisa saja kita miliki, tetapi bukan hakikat ilmu. Karena hakikat ilmu sebagai ilmu bukan ikhtiar manusia. Cinta pun demikian adanya. Cinta yang sebenarnya bukan ikhtiar manusia, tetapi ditanamkan, diberikan oleh Allah. Karena itu, merupakan kelaziman bagi setiap manusia untuk selalu berupaya mencari mukadimah untuk mendapatkan pemberian Allah tersebut, yakni Al-hub, cinta yang sebenarnya, bukan cinta yang kita sendiri tidak jelas dengan maknanya (yang menyerupai cinta). Cinta yang sebenarnya menghapus keinginan. Cinta tidak berhubungan dengan keinginan. Sementara banyak sekali wujud keinginan yang tidak terpisahkan dari keinginan-keinginan.. Ketika cinta bersumber dari keinginan maka cinta itu banyak, seperti fisik, khayal, yang semua itu bersumber dari ego manusia.Arah Cinta
Di dalam nasihat perkawinan, ayatullah Madhahiri memberikan beberapa alternatif untuk mempertahankan keharmonisan rumah tangga. Misalnya, seseorang harus mempertahankan kebersihan agar tidak bau, agar keharmonisan rumah tangga terjaga. Yang demikian ini bukan cinta sebenarnya, tetapi karena adanya tuntutan dalam cinta itu sendiri. Namun demikian, hal itu pun harus tetap dipertahankan, karena manusia tidak mampu menghindar darinya. Jadi apa yang dianjurkan dalam nasihat perkawinan itu bukan untuk mendapatkan wujud cinta yang hakiki melainkan agar apa dirasakan dalam hubungan suami istri tidak merusak cinta yang sudah dimiliki, meskipun kadarnya sedikit sekali. Contoh lain adalah dalam hubungan kita dengan orang lain. Jika kita mencintai karena adanya keinginan-keinginan terhadap orang tersebut, maka kalau keinginan tersebut hilang satu per satu, atau kita berubah tidak menginginkannya maka pagar cinta itu akan mulai rontok. Hendaklah jangan mengharapkan perhatian dari pasangan atau orang lain. Kalau kita mengharapkan perhatian, pujian dari apa yang kita lakukan, maka kita tidak pernah akan merasa puas. Dan kalau kita tidak mendapatkannya, kita akan kecewa. Sehingga yang tadinya memiliki perasaan cinta menjadi hilang. Berbeda kalau harapan itu kepada Allah. Bila harapan adalah tsawab dan pujian dari Allah, maka kita tidak akan pernah kecewa meskipun apa yang kita inginkan dari sisi lahir tidak kita dapatkan.Cinta, Untuk Siapa
Ala kulli hal. Cinta merupakan sesuatu yang ditanamkan, bukan diusahakan. Cinta sama dengan hidayah, cahaya, ilmu yang ditanamkan Allah SWT kepada manusia. Dan Allah punya hak mutlak untuk memilih, siapa yang harus diberi dan siapa yang tidak berhak atasnya, siapa yang berhak memiliki rasa cinta kepada Ahlil Bait AS dan siapa yang tidak. Disini kita tidak berbicara mengenai masalah qadha dan qadar Allah. Tidak satupun dari manusia yang mampu menanggalkan pilihan Allah. Allah mengutamakan sebagian manusia dari manusia lain. Allah telah memilih anbiya diantara sekian manusia. Allah juga memilihkan ausiya diaantara sekian yang lain. Allah pun memilihkan penolong-penolong bagi ausiya-ausiya tersebut dari sekian banyak manusia. Maka menjadi kelaziman bahwa manusia bersyukur dengan merasakan sungguh-sungguh adanya satu jasa yang sangat besar yang dituangkan Allah SWT kepada mereka lewat wujud mahabbah, meskipun sedikit sekali. Mahabbah bukan upaya kita. Allah memilih diantara sekian banyak manusia. Dan kita termasuk orang-orang yang dipilih untuk memiliki sedikit mahabbah kepada Imam Husein AS, kepada Ahlil Bait AS. Sehingga kalau kita pikir dan renungkan, apa yang sebenarnya sudah saya lakukan? Apa yang sudah saya perbuat untuk Islam?. Sehingga layak kita mendapatkan anugrah yang sedemikian besar dari Allah SWT, berupa cinta kepada Rasulullah dan Ahlil Bait AS.Menjaga Cinta
Dalam kondisi keadaan seperti ini, mahabbah kepada Imam Husein AS merupakan hadiah yang sangat besar dan itu hanya dimiliki orang-orang yang dipilih oleh Allah SWT. Saat kesadaran itu kita dapatkan, maka kita bertanya apa yang seharusnya harus saya lakukan? Apa yang kita perbuat untuk menjaga rasa cinta yang ditanamkan Allah kepada diri manusia itu. Kita lihat diri kita. Kita harus menyadari bahwa dalah besarnya cinta kepada Ahlil Bait tersebut, sebenarnya banyak hal yang merupakan penyerupaan cinta, bukan hakikat cinta. Kita memiliki keinginan dan kecenderungan diri yang sejauh ini tidak bertentangan dengan wujudnya Ahlil Bait AS. Misalnya, setiap manusia berusaha menghindar dari segala bentuk musibah. Bahkan sedikit sekali manusia yang dapat menahan diri terhadap musibah, fitnah, penghinaan yang datang pada dirinya. Sedangkan cinta kepada Ahlil Bait AS, cinta kepada kebenaran melazimkan manusia untuk bertemu dengan berbagai musibah. Rasulullah mengatakan :..”Bersiaplah engkau mengenakan jubah musibah, jubah penderitaan ..”. Karena wujud cinta kepada Ahlil Bait AS akan mendapatkan tantangan yang besar. Dalam logika Al-Qur’an disebutkan ; “… Sedikit dari hamba-hamba yang bersyukur..” Ahlil Bait AS, Imam Husein AS, adalah figur yang menjadi contoh, panutan, mizan tentang makna syukur, makna raja’. Makna orang yang rindu terhadap rahmat Allah SWT. Sehingga selama adanya Ahlil Bait AS dan para syi’ah beliau AS, maka akan nyata di dunia ini siapa yang bathil dan siapa yang hak. Selama kebenaran ada, kebatilan menjadi jelas, kekafiran menjadi nyata. Orang yang menempatkan mahabbah kepada Ahlil Bait AS, itu juga menjadi mizan terhadap segala bentuk kebatilan. Karena apa yang mereka ucapkan adalah apa yang diucapkan oleh Ahlil Bait AS. Sehingga Imam Ja’far AS mengatakan; “Yang namanya nasibi (orang yang memerangi Ahlil Bait AS) bukan orang yang secara langsung mengkafirkan kami, yang secara langsung memerangi kami tetapi nasibi adalah orang-orang yang memerangi kalian, yang menuduh kalian kafir, sesat, yang berusaha memadamkan cahaya yang kalian bawa dari kami, hanya dikarenakan karena kalian menyatakan bahwa kalian berwilayah kepada Ahlil Bait AS.Dan kami berlepas diri dari musuh-musuh Ahlil Bait AS”. Sehingga kalau kita perhatikan dalam doa ziarah, hal ini selalu kita nyatakan ; “kepadamu kami berwilayah dan kepada musuh-musuhmu kami berlepas diri”. Adanya ikrar wilayah kepada Ahlil Bait AS dan ikrar memerangi musuh Ahlil Bait AS menjadikan kita mengangkat hujjah Ahlil Bait. Dan ini menjadi mizan antara hak dengan batil. Tidak satupun dari umat Muhammad Saww, pencinta ahlil bait AS, yang mengangkat syi’ah. Mereka tidak menjaga, mengagungkan, memuliakan syi’ah. Tetapi mereka menjadi mizan antara kebenaran dan kebatilan karena wujud syi’ah. Dia menjadi mizan antara kebenaran dan kebatilan, dikarenakan adanya hujjah, yaitu Ahlil Bait AS, karena kecintaannya kepada Ahlil Bait AS, karena mengikuti jejak Ahlil Bait AS. Para pencinta Ahlil Bait menjadi mizan dan secara otomatis akan mendapat tekanan. Mereka mendapat berbagai bentuk musibah, fitnah, akan dihinakan, diasingkan, akan dibunuh, dikejar-kejar. Bahkan diantara orang yang sering bersama kita termasuk pelarian, orang yang dikejar-kejar, yang harus meninggalkan tempat, keluarganya demi mengangkat hujjah Ahlil Bait AS. Jika manusia belum sampai pada musibah yang menjepit, maka yang disebut “penyerupaan cinta” itu belum teruji, yang kita punya keinginan sendiri selain keinginan Ahlil Bait AS. Selama itu belum mengenai diri kita, kita masih belum teruji.Makna Sejatrah
Tsaurah Imam Husein AS menggambarkan semua perasaan cinta, dari semua pengikutnya. Dalam kejadian asyura, ada beberapa model pribadi yang dapat kita pelajari. Ada dari mereka yang membela Imam Husein AS, mereka yang menentang anak panah untuk menyelamatkan Imam sampai bahkan ada yang menyerahkan jiwanya kepada Imam Husein AS. Ada yang membela Imam Husein AS dan ia sama sekali tidak mau menerima ajakan musuh untuk memerangi Imam, tetapi ia juga tidak mau mengorbankan jiwanya untuk Imam Husein AS sehingga mereka hanya duduk di kuffah dan tidak ikut campur dalam masalah ini. Mereka berlepas diri, tidak setuju akan tindakan musuh-musuh Imam Husein AS dan tidak mau ikut campur karena takut akan murka Allah SWT. Akan tetapi mereka juga takut akan menjadi korban jika turut bersama Imam Husien AS Ada juga orang yang memiliki cinta kepeda Imam Husein AS, tetapi cinta kepada diri sedemikian kuatnya, sehingga cintanya kepada Imam Husein AS tertutupi. Mereka terpaksa menerima ajakan musuh untuk memerangi Imam Husei AS karena takut akan keselamatan dirinya, walaupun tangan mereka terasa berat untuk memerangi Imam Husein AS. Mereka mengetahui kebenaran Imam Husein AS, tetapi tetap saja pedang diangkat, busur ditarik, panah dilepaskan untuk memerangi Imam Husein AS meskipun yang dilakukan mereka itu sangat bertentangan dengan hati mereka sendiri. Ada juga kelom[ok yang memang cenderung memerengi Imam Husein AS setelah situasi berubah, demi mencari kepentingan sendiri. Ketika masyarakat memberikan dukungan kepada Imam Husein AS, maka iapun mendukung Imam Husein AS karena melihat kemenangan sudah didepan mata, tetapi ketika situasi berubah iapun balik memerangi beliau AS. Kelompok-kelompok ini ada di dalam kejadian asyura, karbala. Imam Husein AS menghadapi semua kelompok ini dalam pandangan yang sama. Maksudnya, hubungan beliau AS dengan para sahabatnya adalah sama sebagaimana Imam Husein AS berhubungan dengan Allah SWT. Karenanya Imam Husein AS mengadukan keadaannya kepada Allah, “maka lihatlah ya Allah, apa yang mereka lakukan terhadap putra nabi-Mu”. Imam Husein AS juga melihat apa yang mereka lakukan terhadap orang-orangt yang mendukungnya, yang pada saat itu Imam Husein As berusaha mensejajarkan dirinya dengan pera pendukungnya dengan berulang kali mengatakan “Jazakallah, jazakallah, jazakallah”. Dengan kelompok lain Imam Husein AS berusaha membujuk mereka dengan hujjah-hujjah dengan mengatakan ; “Tidakkah kalian ingat siapa aku?”. Yang diceritakan dalam sejarah bahwa mereka hanya menundukkan wajah mereka. Untuk kelompok yang ketiga, Imam Husein AS menantang mereka dengan hujjah-hujjah. Beliau AS mengatakan; “ kalaupun kalian tidak takut lagi kepada amarah Allah SWT, maka hormatilah hidup kalian di dunia.” Imam Husein AS mengatakan kepeda kelompok yang berat untuk memerangi Imam AS, tetapi mereka lebih berat kalau ditekan oleh musuh-musuh beliau AS dengan mengatakan ; “Kalian adalah orang-orang yang tidak takut kepada Allah, tetapi kalian jangan sampai tidak menghormati diri kalian ketika masih hidup di dunia ini, yakni jangan menjual diri kalian kepada musuh-musuh Allah”. Imam ber-hujjar kepada mereka. Kepada kelompok yang keempat, Imam melaknat mereka. Lalu kita kembali. Kalau pada momen-momen seperti yaum asyura, dengan kita kembali membaca, memperhatikan apa saja yang terjadi pada masyarakat saat dihadapan Imam Husein AS, maka pada bagian-bagian tertentu ada hal yang dapat membengkitkan perasaan duka, kesedihan kita terhadap musibah yang diderita Imam Husein AS dan keluarganya AS. Semakin besar duka kita, semakin hidup rasa cinta kita kepada Imam Husein AS. Banyak sekali kisah-kisah khusus yang berkaitan dengan derita keluarga Rasullullah Saww yang terdapat dalam maktal asyura. Yang jika dibaca dapat mengingatkan manusia akan derita keluarga AS, membuat kita berduka akan musibah Ahlil Bait AS, yang akan menghidupkan kembali dan membesarkan rasa cinta kita kepada Imam Husein AS, dan menjadikan kita semakin mudah untuk memerangi syabihul hub, yang menyerupai cinta,. Yakni kita harus berpikir, haruskah berkorban untuk kepentingan Ahlil Bait AS, untuk memudahkan kita mengalahkan ananiyah, keakuan, cinta diri.
AKU INGIN
Aku ingin menjadi sebuah
FALSAFAH CINTA When two people love each other, nothing is more imperative and delightful than giving’-Guy de maupasant MIKROKONSEPSI Cinta berpijak pada perasaan sekaligus akal sehat. Mikrokonsepsi pertama yang ditentang Bowman adalah manusia jatuh cinta dengan menggunakan perasaan belaka. Betul, kita jatuh cinta dengan hati. Tapi agar tidak menimbulkan kekacauan di kemudian hari, kita diharapkan untuk bisa menggunakan akal sehat. Bohong besar kalau kita bisa jatuh cinta dengan begitu saja tanpa bisa mengelak. Yang sesungguhnya terjadi, proses jatuh cinta dipengaruhi tradisi, kebiasaan, standar, gagasan, dan deal kelompok darimana kita berasal. Bohong besar pula kalau kita merasa boleh berbuat apa saja saat jatuh cinta, dan tidak bisa dimintai pertanggung-jawaban bila perbuatan-perbuatan implusif itu berakibat buruk suatu ketika nanti. Kehilangan perspektif bukanlah pertanda kita jatuh cinta, melainkan, sinyal kebodohan. Cinta membutuhkan proses, Bowman juga menolak anggapan cinta bisa berasal dari pandangan pertama. “ Cinta itu tumbuh dan berkembang dan merupakan emosi yang kompleks,” katanya. CINTA BUTUH WAKTU Untuk tumbuh dan berkembang, cinta membutuhkan waktu. Jadi, memang tidak mungkin kita mencintai seseorang yang tidak ketahuan asal-usulnya dengan begitu saja. Cinta tidak pernah menyerang tiba-tiba, tidak juga jatuh dari langit. Cinta datang hanya ketika dua individu telah berhasil melakukan orientasi ulang terhadap hidup dan memutuskan untuk memilih orang lain sebagai titik fokus baru. Yang mungkin terjadi dalam fenomena “cinta pada pandangan pertama” adalah pasangan terserang perasaan saling tertarik yang sangat kuat-bahkan sampai tergila-gila. Kemudian perasaan kompulsif itu berkembang jadi cinta tanpa menempuh masa jedah. Dalam kasus “cinta pada pandangan pertama”, banyak orang tidak benar-benar mencintai pasangannya, melainkan jatuh cinta pada konsep cinta itu sendiri. Sebaliknya dengan orang-orang yang benar-benar mencintai, mereka mencintai pasangan sebagai personalitas yang utuh. CINTA BERBAGI, TIDAK MENGONTROL Cinta tidak menguasai dan mengalah, tapi berbagi bukan cinta namanya bila kita berkehendak mengontrol pasangan. Juga bukan cinta bila kita bersedia mengalah demi kepuasan kekasih. Orang yang mencintai tidak menganggap kekasih sebagai atasan atau bawahan, tapi sebagai pasangan untuk berbagi, juga untuk mengidentifikasi diri. Bila kita berkeinginan menguasai kekasih (membatasi pergaulannya, melarangnya beraktivitas positif, mengatur seleranya berbusana) atau melulu mengalah (tidak protes bila kekasih berbuat buruk, tidak keberatan dinomorsekiankan), berarti kita belum siap memberi dan menerima cinta. BUATLAH CINTA ITU KONSTRUKTIF Individu yang mencinta berbuat sebaik-baiknya demi kepentingan sendiri sekaligus demi (kebanggan) pasangan. Dia berani berambisi, bermimpi, bermimpi konstruktif, dan merencanakan masa depan. Sebaliknya dengan yang jatuh cinta impulsif, bukannya berpikir dan bertindak konstruktif, dia kehilangan ambisi, nafsu makan, dan minat terhadap masalah sehari-hari. Yang dipikirkan hanya kesengsaraan pribadi. Impiannya pun tak mungkin tercapai. Bahkan impian itu menjadi subtitusi kenyataan. CINTA TIDAK MELENYAPKAN SEMUA MASALAH Penganut paham romantik percaya cinta bisa mengatasi masalah. Seakan-akan cinta itu obat bagi segala penyakit (panacea). Kemiskinan dan banyak problem lain diyakini bisa diatasi dengan berbekal cinta belaka. Faktanya, cinta tidaklah seajaib itu. Cinta hanya bisa membuat sepasang kekasih berani menghadapi masalah. Permasalahan seberat apapun mungkin didekati dengan jernih agar bisa dicarikan jalan keluar. Orang yang tengah mabuk kepayang (tidak berarti benar-benar mencinta) cenderung membutakan mata saat tercegah masalah. Alih-alih bertindak dengan akal sehat, dia mengenyampingkan problem.CINTA CENDERUNG KONSTAN Ya, cinta itu bergerak konstan. Maka kita patut curiga bila grafik perasaan pada kekasih turun naik sangat tajam. Kalau saat jauh kita merasa kekasih lebih hebat dibanding saat bersama, itu pertanda kita mengidealisasikannya, bukan melihatnya secara realistis. Lantas saat kembali bersama, kita memandang kekasih dengan lebih kritis dan hilanglah segala bayangan hebat itu. Sebaliknya berhati-hatilah bila kita merasa kekasih hebat saat kita berdekatan dengannya dan tidak lagi merasakan hal yang sama saat dia jauh. Hal sedemikian menandakan kita terkecoh oleh daya tarik fisik. Cinta terhitung sehat bila saat dekat dan jauh dari pasangan, kita menyukainya dalam kadar sebanding. CINTA TIDAK BERTUMPU PADA DAYA TARIK FISIK Dalam hubungan cinta, daya tarik fisik penting. Tapi bahaya bila kita menyukai kekasih hanya sebatas fisik dan membencinya untuk banyak faktor lainnya. Saat jatuh cinta, kita menikmati dan memberi makna penting bagi setiap kontak fisik. Kontak fisik, ketahuilah hanya terasa menyenangkan tanpa makna apa-apa. Dalam cinta afeksi, terwujud belakangan saat hubungan kian dalam. Sedang nafsu menuntut pemuasan fisik sedari permulaan. CINTA TIDAK BUTA Cinta itu buta?Tidak sama sekali. Orang yang mencintai melihat dan menyadari dan menyadari sisi buruk kekasih. Karena besarnya cinta, dia berusaha menerima dan mentolelir. Tentu ada keinginan agar sisi buruk itu membaik. Namun keinginan itu haruslah didasari perhatian dan maksud baik. Tidak ada kritik kasar, penolakan, kegeraman, atau rasa jijik. Nafsulah yang buta. Meski pasangan sangat buruk, orang yang menjalin hubungan dengan penuh nafsu menerima tanpa keinginan memperbaiki. Juga meninggalkan pasangan saat keinginannya terpuaskan, hanya karena pasangan punya secuil keburukan yang sangat mungkin bisa diperbaiki.CINTA MEMPERHATIKAN KELANJUTAN HUBUNGAN Orang yang benar-benar mencintai memperhatikan perkembangan hubungan dengan kekasih. Dia menghindari segala hal yang mungkin merusak hubungan. Orang yang sedang tergila-gila mungkin saja berusaha keras menyenangkan kekasih. Namun usaha itu semata-mata dilakukan agar kekasih menerimanya, sehingga tercapailah kepuasan yang diincar. Orang yang mencintai menyenangkan pasangan untuk memperkuat hubungan.
CINTA BERANI MENYATAKAN YANG TIDAK DISUKAI Selain berusaha menyenangkan kekasih, orang yang sungguh-sungguh mencintai memiliki perhatian, keprihatinan, pengertian, dan keberanian untuk melakukan hal yang tidak disukai demi kebaikan. Seperti seorang ibu yang berkata”tidak” saat anaknya minta es krim, padahal sedang flu.NOTE: Pernahkah terpikir darimana datangnya teory-teory tentang cinta itu, dasar apa yang mendasary sehingga dia bisa mengeluarkan teory apa itu cinta? Apakah teory-teory yang di kemukakannya tentang cinta itu berasal dari dirinya sendiri berasal dari pengalamannya sendiri atau hanya sekedar teory. Ataukah melakukan penelitian terhadap seorang yang sedang mengalami atau merasakan cinta. Tapi apakah orang tersebut bisa melihat perasaan cinta itu, apakah dia bisa melihat perasaan cdinta itu, karena cinta itu sendiri tidak tau datangnya dari mana, penyebabnya apa, dan kapan cinta itu mulai ada. Bagaimana bisa orang yang merasakan cinta itu sendiri tidak tau cinta itu sendiri apa, cinta itu bagaimana, padahal dia yang mengalaminya sedang orang yang bisa meneliti, memperkirakan mampu nenjelaskan dengan kata-kata apa itu cinta, padahal cinta itu tidak terdefinisi dengan kata-kata.
“CINTA”
Para pecinta kebenaran dan pemeluk Islam hanya dapat kukuh pada musibah yang akan pasti datang kepada mereka semata-mata dengan tetap terjaganya kecintaan (mahabbah) mereka terhadap Ahlil Bait AS. Semua itu dapat dihidupkan dan dirasakannya langsung pada musim duka, seperti yaum asy-syura. Ketika cinta kepada Ahlil Bait AS merupakan timbangan (mizan) atau alamat untuk menentukan iman seseorang, dikumandangkan syiar; kullu yaumin asyura wa kullu ardhin karbala. Itu karena asyura dan karbala merupakan sarana untuk menghidupkan cinta yang sangat kuat kepada Ahlil Bait AS.
Makna mahabbah terhadap Ahlil Bait AS bagi setiap orang adalah tsawab. Banyak hadist dari lisan suci para aimmah maksumi AS menceritakan misalnya : “Siapa mencintai ahlil Bait AS tidak akan mati kecuali malaikat menyambutnya.” Atau, “Tidak akan mati siapa yang cinta kepada ahlil bait as kecuali telah diampuni dari dosa yang dilakukannya.”
Tsaurah Imam Husein, dalam pembahasan-pembahasan yang diungkap oleh para ulama-ulama kita, salah salah satunya adalah untuk mewujudkan amar ma’ruf nahi mungkar. Selain itu, ada suatu keberadaan yang merupakan zat dari Tsaurah Imam Husein AS, yakni mahabbah. Yakni wujudnya kecintaan pada pribadi suci Al-Husein AS, cinta kepada aturan syariat yang diturunkan melalui kakeknya, Rasullulah Saww.
Makna Cinta
Pada dasarnya, cinta bukan zat pada diri manusia, karena manusia tidak wujud atau membawa perasaan cinta. Cinta adalah sesuatu yang mengalami penyempurnaan (istikmal), cinta merupakan kualitas pada jiwa manusia. Besarnya kualitas jiwa seseorang ditentukan oleh besar kecilnya rasa cinta pada dirinya. Semakin kuat pengaruh cinta pada diri seseorang akan mengangkat kualitas jiwanya.
Cinta adalah suatu pemberian, bukan diupayakan. Manusia tidak pernah dan tidak akan dapat berusaha menanamkan cinta pada dirinya. Cinta adalah sesuatu yang diturunkan Allah SWT dan ditempatkan pada manusia. Maka, cinta atau tidak cintanya seseorang merupakan permasalahan ijbar bukan ikhtiyar.
Ketika Alah SWT membicarakan masalah mawaddah, Ia tidak menyampaikannya dalam konteks syariat, melainkan dalam konteks takwini. “…waja’ala bainakum mawaddatan wa rahmah..” Allah “menjadikan”, (amrun ja’al), adanya mawaddah dan rahmah kepada kalian.
Sebagaimana manusia mempunyai ilmu, bahwa terbukanya hijab dan tersingkirnya kebodohan, dari tidak tau menjadi tahu, tak pernah diusahakan oleh manusia. Meskipun manusia mempunyai peluang dalam melakukan mukadimmah untuk menjadi tahu. Namun ketentuan menjadi tahu tidak berada dalam diri manusia, karena ilmu sebagai ilmu ada pada kuasa Allah SWT.
Imam Ja’far Ash-shadiq AS, misalnya, mengatakan bahwa ilmu yang sebenarnya dan ada yang menyerupai ilmu (syabihul ‘ilm). Syabihul ‘ilm tidak menjadikan apapun. Seseorang merasa mempunyai ilmu, tetapi ilmu tersebut tidak merubah apapun dalam dirinya. Dalam doa ta’kib shalat ashar, kita meminta perlindungan Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat.
Bila hendak disifatkan tentang doa ini, maka ketika berbicara tentang ilmu saja, apapun bentuk ilmu tersebut adalah bermanfaat. Kemudian kita meminta perlindungan Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat. Karena, ilmu itu bisa saja kita miliki, tetapi bukan hakikat ilmu. Karena hakikat ilmu sebagai ilmu bukan ikhtiar manusia.
Cinta pun demikian adanya. Cinta yang sebenarnya bukan ikhtiar manusia, tetapi ditanamkan, diberikan oleh Allah. Karena itu, merupakan kelaziman bagi setiap manusia untuk selalu berupaya mencari mukadimah untuk mendapatkan pemberian Allah tersebut, yakni Al-hub, cinta yang sebenarnya, bukan cinta yang kita sendiri tidak jelas dengan maknanya (yang menyerupai cinta). Cinta yang sebenarnya menghapus keinginan.
Cinta tidak berhubungan dengan keinginan. Sementara banyak sekali wujud keinginan yang tidak terpisahkan dari keinginan-keinginan.. Ketika cinta bersumber dari keinginan maka cinta itu banyak, seperti fisik, khayal, yang semua itu bersumber dari ego manusia.
Arah Cinta
Di dalam nasihat perkawinan, ayatullah Madhahiri memberikan beberapa alternatif untuk mempertahankan keharmonisan rumah tangga. Misalnya, seseorang harus mempertahankan kebersihan agar tidak bau, agar keharmonisan rumah tangga terjaga. Yang demikian ini bukan cinta sebenarnya, tetapi karena adanya tuntutan dalam cinta itu sendiri. Namun demikian, hal itu pun harus tetap dipertahankan, karena manusia tidak mampu menghindar darinya. Jadi apa yang dianjurkan dalam nasihat perkawinan itu bukan untuk mendapatkan wujud cinta yang hakiki melainkan agar apa dirasakan dalam hubungan suami istri tidak merusak cinta yang sudah dimiliki, meskipun kadarnya sedikit sekali.
Contoh lain adalah dalam hubungan kita dengan orang lain. Jika kita mencintai karena adanya keinginan-keinginan terhadap orang tersebut, maka kalau keinginan tersebut hilang satu per satu, atau kita berubah tidak menginginkannya maka pagar cinta itu akan mulai rontok. Hendaklah jangan mengharapkan perhatian dari pasangan atau orang lain. Kalau kita mengharapkan perhatian, pujian dari apa yang kita lakukan, maka kita tidak pernah akan merasa puas. Dan kalau kita tidak mendapatkannya, kita akan kecewa. Sehingga yang tadinya memiliki perasaan cinta menjadi hilang.
Berbeda kalau harapan itu kepada Allah. Bila harapan adalah tsawab dan pujian dari Allah, maka kita tidak akan pernah kecewa meskipun apa yang kita inginkan dari sisi lahir tidak kita dapatkan.
Cinta, Untuk Siapa
Ala kulli hal. Cinta merupakan sesuatu yang ditanamkan, bukan diusahakan. Cinta sama dengan hidayah, cahaya, ilmu yang ditanamkan Allah SWT kepada manusia. Dan Allah punya hak mutlak untuk memilih, siapa yang harus diberi dan siapa yang tidak berhak atasnya, siapa yang berhak memiliki rasa cinta kepada Ahlil Bait AS dan siapa yang tidak. Disini kita tidak berbicara mengenai masalah qadha dan qadar Allah.
Tidak satupun dari manusia yang mampu menanggalkan pilihan Allah. Allah mengutamakan sebagian manusia dari manusia lain. Allah telah memilih anbiya diantara sekian manusia. Allah juga memilihkan ausiya diaantara sekian yang lain. Allah pun memilihkan penolong-penolong bagi ausiya-ausiya tersebut dari sekian banyak manusia. Maka menjadi kelaziman bahwa manusia bersyukur dengan merasakan sungguh-sungguh adanya satu jasa yang sangat besar yang dituangkan Allah SWT kepada mereka lewat wujud mahabbah, meskipun sedikit sekali.
Mahabbah bukan upaya kita. Allah memilih diantara sekian banyak manusia. Dan kita termasuk orang-orang yang dipilih untuk memiliki sedikit mahabbah kepada Imam Husein AS, kepada Ahlil Bait AS. Sehingga kalau kita pikir dan renungkan, apa yang sebenarnya sudah saya lakukan? Apa yang sudah saya perbuat untuk Islam?.
Sehingga layak kita mendapatkan anugrah yang sedemikian besar dari Allah SWT, berupa cinta kepada Rasulullah dan Ahlil Bait AS.
Menjaga Cinta
Dalam kondisi keadaan seperti ini, mahabbah kepada Imam Husein AS merupakan hadiah yang sangat besar dan itu hanya dimiliki orang-orang yang dipilih oleh Allah SWT. Saat kesadaran itu kita dapatkan, maka kita bertanya apa yang seharusnya harus saya lakukan? Apa yang kita perbuat untuk menjaga rasa cinta yang ditanamkan Allah kepada diri manusia itu.
Kita lihat diri kita. Kita harus menyadari bahwa dalah besarnya cinta kepada Ahlil Bait tersebut, sebenarnya banyak hal yang merupakan penyerupaan cinta, bukan hakikat cinta. Kita memiliki keinginan dan kecenderungan diri yang sejauh ini tidak bertentangan dengan wujudnya Ahlil Bait AS.
Misalnya, setiap manusia berusaha menghindar dari segala bentuk musibah. Bahkan sedikit sekali manusia yang dapat menahan diri terhadap musibah, fitnah, penghinaan yang datang pada dirinya. Sedangkan cinta kepada Ahlil Bait AS, cinta kepada kebenaran melazimkan manusia untuk bertemu dengan berbagai musibah. Rasulullah mengatakan :..”Bersiaplah engkau mengenakan jubah musibah, jubah penderitaan ..”. Karena wujud cinta kepada Ahlil Bait AS akan mendapatkan tantangan yang besar.
Dalam logika Al-Qur’an disebutkan ; “… Sedikit dari hamba-hamba yang bersyukur..”
Ahlil Bait AS, Imam Husein AS, adalah figur yang menjadi contoh, panutan, mizan tentang makna syukur, makna raja’. Makna orang yang rindu terhadap rahmat Allah SWT. Sehingga selama adanya Ahlil Bait AS dan para syi’ah beliau AS, maka akan nyata di dunia ini siapa yang bathil dan siapa yang hak. Selama kebenaran ada, kebatilan menjadi jelas, kekafiran menjadi nyata.
Orang yang menempatkan mahabbah kepada Ahlil Bait AS, itu juga menjadi mizan terhadap segala bentuk kebatilan. Karena apa yang mereka ucapkan adalah apa yang diucapkan oleh Ahlil Bait AS. Sehingga Imam Ja’far AS mengatakan; “Yang namanya nasibi (orang yang memerangi Ahlil Bait AS) bukan orang yang secara langsung mengkafirkan kami, yang secara langsung memerangi kami tetapi nasibi adalah orang-orang yang memerangi kalian, yang menuduh kalian kafir, sesat, yang berusaha memadamkan cahaya yang kalian bawa dari kami, hanya dikarenakan karena kalian menyatakan bahwa kalian berwilayah kepada Ahlil Bait AS.Dan kami berlepas diri dari musuh-musuh Ahlil Bait AS”. Sehingga kalau kita perhatikan dalam doa ziarah, hal ini selalu kita nyatakan ; “kepadamu kami berwilayah dan kepada musuh-musuhmu kami berlepas diri”.
Adanya ikrar wilayah kepada Ahlil Bait AS dan ikrar memerangi musuh Ahlil Bait AS menjadikan kita mengangkat hujjah Ahlil Bait. Dan ini menjadi mizan antara hak dengan batil. Tidak satupun dari umat Muhammad Saww, pencinta ahlil bait AS, yang mengangkat syi’ah. Mereka tidak menjaga, mengagungkan, memuliakan syi’ah. Tetapi mereka menjadi mizan antara kebenaran dan kebatilan karena wujud syi’ah.
Dia menjadi mizan antara kebenaran dan kebatilan, dikarenakan adanya hujjah, yaitu Ahlil Bait AS, karena kecintaannya kepada Ahlil Bait AS, karena mengikuti jejak Ahlil Bait AS.
Para pencinta Ahlil Bait menjadi mizan dan secara otomatis akan mendapat tekanan. Mereka mendapat berbagai bentuk musibah, fitnah, akan dihinakan, diasingkan, akan dibunuh, dikejar-kejar. Bahkan diantara orang yang sering bersama kita termasuk pelarian, orang yang dikejar-kejar, yang harus meninggalkan tempat, keluarganya demi mengangkat hujjah Ahlil Bait AS. Jika manusia belum sampai pada musibah yang menjepit, maka yang disebut “penyerupaan cinta” itu belum teruji, yang kita punya keinginan sendiri selain keinginan Ahlil Bait AS. Selama itu belum mengenai diri kita, kita masih belum teruji.
Makna Sejatrah
Tsaurah Imam Husein AS menggambarkan semua perasaan cinta, dari semua pengikutnya. Dalam kejadian asyura, ada beberapa model pribadi yang dapat kita pelajari. Ada dari mereka yang membela Imam Husein AS, mereka yang menentang anak panah untuk menyelamatkan Imam sampai bahkan ada yang menyerahkan jiwanya kepada Imam Husein AS.
Ada yang membela Imam Husein AS dan ia sama sekali tidak mau menerima ajakan musuh untuk memerangi Imam, tetapi ia juga tidak mau mengorbankan jiwanya untuk Imam Husein AS sehingga mereka hanya duduk di kuffah dan tidak ikut campur dalam masalah ini. Mereka berlepas diri, tidak setuju akan tindakan musuh-musuh Imam Husein AS dan tidak mau ikut campur karena takut akan murka Allah SWT. Akan tetapi mereka juga takut akan menjadi korban jika turut bersama Imam Husien AS
Ada juga orang yang memiliki cinta kepeda Imam Husein AS, tetapi cinta kepada diri sedemikian kuatnya, sehingga cintanya kepada Imam Husein AS tertutupi. Mereka terpaksa menerima ajakan musuh untuk memerangi Imam Husei AS karena takut akan keselamatan dirinya, walaupun tangan mereka terasa berat untuk memerangi Imam Husein AS. Mereka mengetahui kebenaran Imam Husein AS, tetapi tetap saja pedang diangkat, busur ditarik, panah dilepaskan untuk memerangi Imam Husein AS meskipun yang dilakukan mereka itu sangat bertentangan dengan hati mereka sendiri.
Ada juga kelom[ok yang memang cenderung memerengi Imam Husein AS setelah situasi berubah, demi mencari kepentingan sendiri. Ketika masyarakat memberikan dukungan kepada Imam Husein AS, maka iapun mendukung Imam Husein AS karena melihat kemenangan sudah didepan mata, tetapi ketika situasi berubah iapun balik memerangi beliau AS.
Kelompok-kelompok ini ada di dalam kejadian asyura, karbala. Imam Husein AS menghadapi semua kelompok ini dalam pandangan yang sama. Maksudnya, hubungan beliau AS dengan para sahabatnya adalah sama sebagaimana Imam Husein AS berhubungan dengan Allah SWT. Karenanya Imam Husein AS mengadukan keadaannya kepada Allah, “maka lihatlah ya Allah, apa yang mereka lakukan terhadap putra nabi-Mu”. Imam Husein AS juga melihat apa yang mereka lakukan terhadap orang-orangt yang mendukungnya, yang pada saat itu Imam Husein As berusaha mensejajarkan dirinya dengan pera pendukungnya dengan berulang kali mengatakan “Jazakallah, jazakallah, jazakallah”.
Dengan kelompok lain Imam Husein AS berusaha membujuk mereka dengan hujjah-hujjah dengan mengatakan ; “Tidakkah kalian ingat siapa aku?”. Yang diceritakan dalam sejarah bahwa mereka hanya menundukkan wajah mereka.
Untuk kelompok yang ketiga, Imam Husein AS menantang mereka dengan hujjah-hujjah. Beliau AS mengatakan; “ kalaupun kalian tidak takut lagi kepada amarah Allah SWT, maka hormatilah hidup kalian di dunia.” Imam Husein AS mengatakan kepeda kelompok yang berat untuk memerangi Imam AS, tetapi mereka lebih berat kalau ditekan oleh musuh-musuh beliau AS dengan mengatakan ; “Kalian adalah orang-orang yang tidak takut kepada Allah, tetapi kalian jangan sampai tidak menghormati diri kalian ketika masih hidup di dunia ini, yakni jangan menjual diri kalian kepada musuh-musuh Allah”. Imam ber-hujjar kepada mereka.
Kepada kelompok yang keempat, Imam melaknat mereka.
Lalu kita kembali. Kalau pada momen-momen seperti yaum asyura, dengan kita kembali membaca, memperhatikan apa saja yang terjadi pada masyarakat saat dihadapan Imam Husein AS, maka pada bagian-bagian tertentu ada hal yang dapat membengkitkan perasaan duka, kesedihan kita terhadap musibah yang diderita Imam Husein AS dan keluarganya AS. Semakin besar duka kita, semakin hidup rasa cinta kita kepada Imam Husein AS.
Banyak sekali kisah-kisah khusus yang berkaitan dengan derita keluarga Rasullullah Saww yang terdapat dalam maktal asyura. Yang jika dibaca dapat mengingatkan manusia akan derita keluarga AS, membuat kita berduka akan musibah Ahlil Bait AS, yang akan menghidupkan kembali dan membesarkan rasa cinta kita kepada Imam Husein AS, dan menjadikan kita semakin mudah untuk memerangi syabihul hub, yang menyerupai cinta,. Yakni kita harus berpikir, haruskah berkorban untuk kepentingan Ahlil Bait AS, untuk memudahkan kita mengalahkan ananiyah, keakuan, cinta diri.
AKU INGIN
Aku ingin menjadi sebuah
FALSAFAH CINTA
When two people love each other, nothing is more imperative and delightful than giving’-Guy de maupasant
MIKROKONSEPSI
Cinta berpijak pada perasaan sekaligus akal sehat. Mikrokonsepsi pertama yang ditentang Bowman adalah manusia jatuh cinta dengan menggunakan perasaan belaka. Betul, kita jatuh cinta dengan hati. Tapi agar tidak menimbulkan kekacauan di kemudian hari, kita diharapkan untuk bisa menggunakan akal sehat. Bohong besar kalau kita bisa jatuh cinta dengan begitu saja tanpa bisa mengelak. Yang sesungguhnya terjadi, proses jatuh cinta dipengaruhi tradisi, kebiasaan, standar, gagasan, dan deal kelompok darimana kita berasal. Bohong besar pula kalau kita merasa boleh berbuat apa saja saat jatuh cinta, dan tidak bisa dimintai pertanggung-jawaban bila perbuatan-perbuatan implusif itu berakibat buruk suatu ketika nanti. Kehilangan perspektif bukanlah pertanda kita jatuh cinta, melainkan, sinyal kebodohan. Cinta membutuhkan proses, Bowman juga menolak anggapan cinta bisa berasal dari pandangan pertama. “ Cinta itu tumbuh dan berkembang dan merupakan emosi yang kompleks,” katanya.
CINTA BUTUH WAKTU
Untuk tumbuh dan berkembang, cinta membutuhkan waktu. Jadi, memang tidak mungkin kita mencintai seseorang yang tidak ketahuan asal-usulnya dengan begitu saja. Cinta tidak pernah menyerang tiba-tiba, tidak juga jatuh dari langit. Cinta datang hanya ketika dua individu telah berhasil melakukan orientasi ulang terhadap hidup dan memutuskan untuk memilih orang lain sebagai titik fokus baru. Yang mungkin terjadi dalam fenomena “cinta pada pandangan pertama” adalah pasangan terserang perasaan saling tertarik yang sangat kuat-bahkan sampai tergila-gila. Kemudian perasaan kompulsif itu berkembang jadi cinta tanpa menempuh masa jedah. Dalam kasus “cinta pada pandangan pertama”, banyak orang tidak benar-benar mencintai pasangannya, melainkan jatuh cinta pada konsep cinta itu sendiri. Sebaliknya dengan orang-orang yang benar-benar mencintai, mereka mencintai pasangan sebagai personalitas yang utuh.
CINTA BERBAGI, TIDAK MENGONTROL
Cinta tidak menguasai dan mengalah, tapi berbagi bukan cinta namanya bila kita berkehendak mengontrol pasangan. Juga bukan cinta bila kita bersedia mengalah demi kepuasan kekasih. Orang yang mencintai tidak menganggap kekasih sebagai atasan atau bawahan, tapi sebagai pasangan untuk berbagi, juga untuk mengidentifikasi diri. Bila kita berkeinginan menguasai kekasih (membatasi pergaulannya, melarangnya beraktivitas positif, mengatur seleranya berbusana) atau melulu mengalah (tidak protes bila kekasih berbuat buruk, tidak keberatan dinomorsekiankan), berarti kita belum siap memberi dan menerima cinta.
BUATLAH CINTA ITU KONSTRUKTIF
Individu yang mencinta berbuat sebaik-baiknya demi kepentingan sendiri sekaligus demi (kebanggan) pasangan. Dia berani berambisi, bermimpi, bermimpi konstruktif, dan merencanakan masa depan. Sebaliknya dengan yang jatuh cinta impulsif, bukannya berpikir dan bertindak konstruktif, dia kehilangan ambisi, nafsu makan, dan minat terhadap masalah sehari-hari. Yang dipikirkan hanya kesengsaraan pribadi. Impiannya pun tak mungkin tercapai. Bahkan impian itu menjadi subtitusi kenyataan.
CINTA TIDAK MELENYAPKAN SEMUA MASALAH
Penganut paham romantik percaya cinta bisa mengatasi masalah. Seakan-akan cinta itu obat bagi segala penyakit (panacea). Kemiskinan dan banyak problem lain diyakini bisa diatasi dengan berbekal cinta belaka. Faktanya, cinta tidaklah seajaib itu. Cinta hanya bisa membuat sepasang kekasih berani menghadapi masalah. Permasalahan seberat apapun mungkin didekati dengan jernih agar bisa dicarikan jalan keluar. Orang yang tengah mabuk kepayang (tidak berarti benar-benar mencinta) cenderung membutakan mata saat tercegah masalah. Alih-alih bertindak dengan akal sehat, dia mengenyampingkan problem.
CINTA CENDERUNG KONSTAN
Ya, cinta itu bergerak konstan. Maka kita patut curiga bila grafik perasaan pada kekasih turun naik sangat tajam. Kalau saat jauh kita merasa kekasih lebih hebat dibanding saat bersama, itu pertanda kita mengidealisasikannya, bukan melihatnya secara realistis. Lantas saat kembali bersama, kita memandang kekasih dengan lebih kritis dan hilanglah segala bayangan hebat itu. Sebaliknya berhati-hatilah bila kita merasa kekasih hebat saat kita berdekatan dengannya dan tidak lagi merasakan hal yang sama saat dia jauh. Hal sedemikian menandakan kita terkecoh oleh daya tarik fisik. Cinta terhitung sehat bila saat dekat dan jauh dari pasangan, kita menyukainya dalam kadar sebanding.
CINTA TIDAK BERTUMPU PADA DAYA TARIK FISIK
Dalam hubungan cinta, daya tarik fisik penting. Tapi bahaya bila kita menyukai kekasih hanya sebatas fisik dan membencinya untuk banyak faktor lainnya. Saat jatuh cinta, kita menikmati dan memberi makna penting bagi setiap kontak fisik. Kontak fisik, ketahuilah hanya terasa menyenangkan tanpa makna apa-apa. Dalam cinta afeksi, terwujud belakangan saat hubungan kian dalam. Sedang nafsu menuntut pemuasan fisik sedari permulaan.
CINTA TIDAK BUTA
Cinta itu buta?Tidak sama sekali. Orang yang mencintai melihat dan menyadari dan menyadari sisi buruk kekasih. Karena besarnya cinta, dia berusaha menerima dan mentolelir. Tentu ada keinginan agar sisi buruk itu membaik. Namun keinginan itu haruslah didasari perhatian dan maksud baik. Tidak ada kritik kasar, penolakan, kegeraman, atau rasa jijik. Nafsulah yang buta. Meski pasangan sangat buruk, orang yang menjalin hubungan dengan penuh nafsu menerima tanpa keinginan memperbaiki. Juga meninggalkan pasangan saat keinginannya terpuaskan, hanya karena pasangan punya secuil keburukan yang sangat mungkin bisa diperbaiki.
CINTA MEMPERHATIKAN KELANJUTAN HUBUNGAN
Orang yang benar-benar mencintai memperhatikan perkembangan hubungan dengan kekasih. Dia menghindari segala hal yang mungkin merusak hubungan. Orang yang sedang tergila-gila mungkin saja berusaha keras menyenangkan kekasih. Namun usaha itu semata-mata dilakukan agar kekasih menerimanya, sehingga tercapailah kepuasan yang diincar. Orang yang mencintai menyenangkan pasangan untuk memperkuat hubungan.
CINTA BERANI MENYATAKAN YANG TIDAK DISUKAI
Selain berusaha menyenangkan kekasih, orang yang sungguh-sungguh mencintai memiliki perhatian, keprihatinan, pengertian, dan keberanian untuk melakukan hal yang tidak disukai demi kebaikan. Seperti seorang ibu yang berkata”tidak” saat anaknya minta es krim, padahal sedang flu.
NOTE:
Pernahkah terpikir darimana datangnya teory-teory tentang cinta itu, dasar apa yang mendasary sehingga dia bisa mengeluarkan teory apa itu cinta? Apakah teory-teory yang di kemukakannya tentang cinta itu berasal dari dirinya sendiri berasal dari pengalamannya sendiri atau hanya sekedar teory. Ataukah melakukan penelitian terhadap seorang yang sedang mengalami atau merasakan cinta. Tapi apakah orang tersebut bisa melihat perasaan cinta itu, apakah dia bisa melihat perasaan cdinta itu, karena cinta itu sendiri tidak tau datangnya dari mana, penyebabnya apa, dan kapan cinta itu mulai ada. Bagaimana bisa orang yang merasakan cinta itu sendiri tidak tau cinta itu sendiri apa, cinta itu bagaimana, padahal dia yang mengalaminya sedang orang yang bisa meneliti, memperkirakan mampu nenjelaskan dengan kata-kata apa itu cinta, padahal cinta itu tidak terdefinisi dengan kata-kata.
Cintai Aku Hari Ini
Hari ini mungkin akan ada tangis lagi.
Walau sampai habis air mata, tapi tak mengapa.
Karena aku mengiba cinta.
Walau sampai habis air mata, tapi tak mengapa.
Karena aku mengiba cinta.
- Pernah merasakan kerinduan yang teramat sangat? Kerinduan untuk mendapatkan cinta. Saat itu seolah hati merana tak berjiwa. Seperti hampa. Tak berdaya. Namun kehidupan ini memaksanya untuk tetap ada.
Kemarin, saya melihat seorang anak menangis di hadapan ibunya. Ia sepupu saya sendiri. Beberapa menit sebelum tangisannya, si ibu memarahinya. Dan hampir juga memukuli. Baru kutahu bahwa si ibu telah meninggalkannya seharian penuh. Entah ke mana. Ia ditinggal di rumah hanya berdua dengan pembantu. Seperti biasa setiap kali ibunya pergi. Ibunya berkata, ia makin hari makin nakal. Baginya, bila ia telah sanggup menyampaikan rasa, hari itu ia rindu ibu.
Setiap diri kita pasti butuh cinta. Dan kebutuhan itu terlihat nyata dari perilaku kita, ataupun tersembunyi lewat kata. Entah dinyatakan secara jelas, entah sekedar tersirat hadirnya. Mungkin pula hanya berupa rasa rindu yang menggelora tanpa kuasa meminta. Cinta itu fitrah adanya.
Beberapa waktu lalu, saya pernah berselisih dengan seorang sahabat yang telah saya kenal semenjak sepuluh tahun lamanya. Menurut saya, ia telah melakukan kesalahan, dan saya menegurnya. Menurutnya, ia hanya mengikuti kata hatinya, dan tak rela atas teguran saya.
Saat itu saya berpikir, kalau hari itu tak saya tegur ia, maka saya telah berdosa karena telah membiarkannya larut dalam perasaannya sedang ia tak memperhatikan lagi batas perilakunya. Saya tak lagi sempat berpikir bahwa mungkin saja ia telah salah menangkap maksud saya. Padahal saya hanya ingin memberitahunya sesuatu, bahwa saya cinta. Semua perkataan saya, adalah cinta saya kepadanya.
Seringkali tak sanggup diri kita untuk memperhatikan lagi rambu-rambu dalam bercinta. Oleh sebab perasaan itu telah kuat adanya. Otak ini serasa beku tak kuasa, sedang hati telah terguratkan olehnya.
Kadangkala, kalimat yang kita ucapkan tak melulu mewakili perasaan yang sebenarnya. Seringkali hati lah yang bisa berbicara, namun mulut ini tak sanggup mengutarakannya. Keinginan untuk dicintai itu telah terpendam jauh di pelosok kalbu.
Kepada manusia, kita telah melakukan apa saja untuk mendapatkan cinta. Dari ayah dan ibu kita, teman dan sahabat, suami, anak, istri, dan siapa saja yang dekat dengan diri kita.
Kepada Sang Pencipta, apakah kita berlaku hal yang sama? Andaikan begitu lemah kita menyampaikan rasa, bagaimana kita meminta kepada-Nya? Bukankah segala pinta tersampaikan lewat doa?
Walau hanya sebatas satu kalimat yang terlantunkan dari hati,
Ya Allah, cintai aku hari ini...
Ya Allah, cintai aku hari ini...